Aneh rasanya, tapi kok saya “rindu” pandemi ya?

Ery Prihananto
2 min readNov 21, 2022

--

Photo by Koushik Pal on Unsplash

Bismillah, semoga kita tidak merasakan/bertemu dengan pandemi lagi. Pandemi covid-19 adalah pandemi pertama yang saya rasakan. Semua perasaan bercampur aduk jadi satu selama 1,5 tahun (2020–pertengahan 2022). Belakangan saya mulai sadar kalau kita sudah Back to normal kembali. Indikasi pertama yang bisa dilihat adalah mulai ramai/macetnya jalanan

Tau sendiri lah ya selama pandemi semua mobilitas dikurangi. Pasca pandemi ada 1 hal yang saya sadari bahwa salah 1 penyumbang ramainya jalanan adalah berangkat dan pulangnya anak sekolah. Ini hal yang gak saya sadari sebelum pandemi, karena ya normal aja. Cuma pas pandemi kan pada school from home tu, jadi gak ada keramain pas pagi dan sore hari ketika anak2 berangkat atau pulang sekolah

Setelah menikmati kelengangan selama 1,5 tahun itu, tiba-tiba jalanan kembali ramai oleh mobilitas orang kerja dan anak sekolah. Tiba-tiba kok saya “rindu” sama pandemi. Bukan rindu sama penyakitnya, naudzubillah lah, hal paling mahal di dunia ini adalah kesehatan, dan pas pandemi kemarin banyak yang kesehatan bahkan hidupnya diambil lewat virus kecil covid itu.

“Rindu” yang saya maksud di sini lebih ke suasana “sepi” di tempat-tempat publik. Ini personal ya, karena gak semua orang suka suasana sepi, senyap, sunyi.

Yang membuat saya bertanya-tanya sampai hari ini pasca pandemi adalah, kan pas pandemi kita udah coba WFH dan SFH (school from home) and it works kan ya? Jadi kenapa harus balik ke kantor dan sekolah lagi? Saya udah WFH dari 2012, menurut saya WFH is works, nah sejak 2012 saya gak pernah lagi tu pergi ke kantor atau pengen kerja di kantor. It works kan ya?

Atau kayanya saya emang udah gak cocok di tinggal di kota atau di tempat yang terlalu ramai.

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet