Belajar Dari Orang China

Ery Prihananto
3 min readJan 20, 2020

--

Photo by Pablo García Saldaña on Unsplash

Waktu pindah ke medan sekitar 4 tahun lalu, yang pertama saya notice dari kota Medan ini adalah ternyata cukup banyak warga keturunan cina yang tinggal di kota ini. Berbeda ketika saya tinggal di jogja atau jakarta sebelumnya, saya menemui warga keturunan cina di beberapa lokasi tertentu saja, seperti pusat perbelanjaan, tempat makan khusus masakan china dan yg sejenis. Namun di Medan ini kalau boleh dikatakan “setengahnya” adalah warga keturunan china.

Orang china terkenal sukses-sukses dalam bisnis. Nah saya mau menuliskan hal-hal apa saja yang saya pelajari dari pengamatan saya tentang “rahasia” dibalik kesuksesan mereka, terutama dari aspek bisnis.

  1. Kalau mau sukses berbisnis/berdagang jangan jadi pegawai
    Mungkin kita sudah akrab dengan sebuah paradigma “toko elektronik pasti yang punya orang cina”. Saya ingat betul waktu kecil saya sudah mendengar statement itu. Dan kalau saya amati memang benar sih. Tidak hanya di toko elektronik, tapi kebanyakan warga keturunan cina pasti berbisnis atau berdagang. Di Medan ini saya lihat pemilik bisnis (toko cat, perhiasan, toko bahan bangunan, restorant, minimarket, jual beli mobil dll) rata-rata dimiliki dan dijalankan oleh mereka. Jarang, bahkan hampir tidak pernah saya melihat warga keturunan cina bekerja sebagai karyawan atau pegawai dari sebuah toko atau perusahaan.
  2. Dikenalkan bisnis sejak masih kecil
    Setiap membeli sesuatu di toko atau warung milik warga keturunan cina, saya pasti mendapati dilayani sama anak-anak mereka yang masih kecil mulai dari SD, SMP sampai SMA. Sebelum berangkat sekolah atau setelah pulang sekolah mereka pasti membantu orang tuanya melayani pelanggan toko. Jadi gak kaget lah kalau pemilik bisnis rata-rata orang cina, karena mereka dari kecil memang sudah dipupuk dan diajarkan tentang wirausaha
  3. Bisnis tidak harus sesuai passion
    Sambungan dari poin kedua di atas, saya sempat berpikir, anak-anak orang cina dari kecil sudah diajarkan bisnis atau jualan, misal lah jualan cat tembok. Apa iya minat atau passion si anak berbisnis cat tembok? Bisa iya bisa tidak. Kalau tidak? Ya nggakpapa, bisnis itu tidak harus sesuai passion. Yang penting si anak diajarkan atau dikenalkan dulu tentang dunia bisnis, apapun itu bentuknya. Kalau sudah besar nanti dia gak bisnis cat tembok ya gakpapa, “root-nya” sama yaitu bisnis atau dagang.
  4. Bakti kepada orang
    Pernah gak sih melihat orang cina yang mengajak orang tuanya yang sudah sepuh bahkan pakai kursi roda ke tempat liburan, pusat perbelanjaan atau restaurant? Jujur, di Medan ini saya sering bgt liat orang cina yang ngajak orang tuanya ke tempat-tempat rekreasi. Mungkin ini sebagai bentuk terima kasih karena sudah dari kecil diajarkan berbisnis hingga sekarang si anak sudah jadi orang sukses
  5. Saling support dalam 1 komunitas
    Kalau poin kelima ini mungkin tidak hanya dilakukan sama orang cina, tapi dilakukan juga sama orang-orang yang “1 marga”. Orang cina akan langsung klop banget sama orang cina, begitupun orang batak akan langsung klop banget sama orang batak, orang jawa pun sama akan langsung nyambung dan support dengan orang jawa. Bukan bermaksud rasis atau gimana, tapi sepertinya ini memang sebuah “fitrah” ketika seseorang di lingkungan yang “1 marga” mereka akan otomatis klop dan saling support. Dan saling support ini cukup penting dalam dunia bisnis.
  6. Hari minggu ya libur
    Teman-teman sudah pernah ke kota Medan? Kalau belum pernah, coba kalau nanti ke Medan perhatikan keadaan kota Medan ketika hari biasa (senin-sabtu) dan hari minggu. Pasti terlihat sekali perbedaannya. Kalau di Medan ini uniknya ketika hari minggu kebanyakan (80%) ruko-ruko yang dimiliki orang cina pasti tutup. Pun dengan tanggal merah, mereka pasti tutup. Mungkin ini cara membalancekan antara hidup dan kerjaan. Waktunya kerja ya kerja, waktunya libur ya libur.
  7. Nggak beli N-Max
    Hehe.. apa maksudnya? Teman-teman pernah lihat gak sih orang cina yang pakai motor jadul? Saya paling seringgggg banget ngeliat orang cina naik Honda Astrea Legenda atau Supra Fit kalau bepergian. Saya yakin bukan karena mereka gak mampu, lha wong punya ruko, rumahnya besar dan punya mobil kok. Tapi kenapa mereka milih pakai motor jadul dan gak upgrade? Kalau dari pengamatan saya karena mereka bisa menahan diri dan menganggap punya motor keluaran terbaru atau barang terbaru lainnya itu tidak penting. Mereka lebih milih menyalurkan uangnya untuk bisnis atau untuk beli sesuatu yang “sekalian”, maksudnya daripada beli N-Max ya mending beli mobil, bisa dipakai sekeluarga (back ke poin 4)

Itu sih 7 poin dari pengamatan saya selama hampir 4 tahun tinggal di Medan. Semoga bisa diambil manfaatnya :)

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet