Dunia Itu Terasa Biasa Saja Setelah Dimiliki. Yang Seru Ngejarnya
Tahun 2015 adalah tahun yang cukup spesial untuk saya yang insya Allah akan saya ingat terus seumur hidup. Salah 1 mimpi terbesar saya akhirnya terwujud, yaitu bisa membeli macbook. Yap, bagi seorang tukang gambar vektor, memiliki macbook adalah salah 1 mimpi terbesar setelah menikah waktu itu,hehe..
Saya ingat betul waktu itu menang kontes di 99 kalau gak salah pas dirupiahin sekitar 4,5 juta, langsung cari yang jual macbook seken, iya seken, 4,5 juta gak bakal dapat macbook baru,hehe.. Yang penting macbook pokoke. Alhamdulillah dapat macbook tahun 2009 yang masih core 2 duo :D
Itu senangnya masya Allah. Macbook itu pun jadi mesin tempur saya dalam mencari nafkah, sampai tahun 2017 kalau gak salah macbook itu qodarulloh endgame setelah ketumpahan teh hangat :D
Saya sampai detik ini masih pakai macbook, karena sudah susah kayanya kalau harus balik ke windows, bahkan imposible deh kayanya,hehe.
Namun setelah 5 tahun jadi pengguna macbook, rasanya sekarang pakai macbook ya biasa aja, gak lebih dari sebagai alat kerja dan mencari nafkah. Beda kalau dulu, dulu beli karena kemakan mitos “belum jadi desainer kalau belum pakai macbook” :D
Apalagi saya termasuk orang yang kalau belum rusak kecil kemungkinan untuk ganti atau upgrade. Selama masih bisa dipakai ya dipakai aja. Kecuali kalau sudah memperlambat kinerja, baru ganti.
Itu gambaran singkat tentang artikel ini. Selain macbook, saya mencoba melihat benda-benda “keduaniawian” yang dulu sangat saya idam-idamkan dan alhamdulillah Allah titipkan sementara saat ini, semuanya sekarang terasa “biasa”, padahal dulu mati-matian ngejarnya
Nah inilah pattern kehidupan dunia. Dunia itu kalau udah dimiliki rasanya biasa saja, karena kita akan langsung beradaptasi dengan kondisi yang baru. Oleh sebab itu ada yang namanya kecanduan dunia. Pernah gak sih liat orang pakai barang A, muncul barang B dia ganti B dan seterusnya, padahal cuma beda warna aja,hehe..
Nah orang-orang yang bolak-balik atau gonta-ganti contohnya gadget lah yang dekat, itu karena dia butuh “rangsangan berburu” dari benda yang dinginkan, padahal benda sebelumnya masih mencukupi kebutuhannya. Dia ganti gadget, karena tubuhnya pikirannya sudah beradaptasi dengan benda yang dulu padahal sangat dia mimpi-mimpikan (ribet ya penjelasan saya, hehe.. semoga sampai lah ya pesannya 🙏)
Ini pattern kalau diikutin gak akan ada habisnya. Syukuri apa yang ada sekarang, ganti kalau memang membutuhkan. Kalau memang mahal tapi butuh ganti ya fine-fine aja. Tapi dunia gak akan pernah mengenyangkan kita, sebelum kita yang memutuskan berhenti memakannya.