Goodbye Kopi Sachet

Ery Prihananto
2 min readFeb 5, 2020

--

Saya bukan pengopi sejati. Saya juga gak tau banyak tentang kopi. Mau minum kopi yang digunting ayooo, mau minum kopi yang diroasting juga ayooo. Mau minum kopi harga 2ribu boleh, minum kopi harga 50 ribu, nanti dulu :D

Bagi saya kopi hanya sekedar minuman sama seperti minuman lainnya. Namun belakangan saya memutuskan untuk meninggalkan kopi sachet secara total. Kenapa? Apakah karena sering dinyinyirin sama pengopi non-sachet? Bukan, saya sih gak peduli sama pendapat yang bilang kopi sachet itu bukan kopi dan gak sehat. Dan pendapat dari pengopi sachet “ah lu mau ngopi ribet banget”. Mereka mau beda pendapat monggo-monggo saja, karena ya itu tadi, kopi bagi saya sekedar minuman biasa seperti minuman lainnya, no more no less.

Jadi kenapa saya beralih dari kopi sachet ke kopi non-sachet? Jawabannya karena SAMPAH. Saya sedang mencoba menjalani hidup minim sampah, kalau bisa tanpa sampah. Dan setelah saya review sampah-sampah apa saja yang saya hasilkan, salah 1 yang paling banyak adalah sampah dari kopi sachet. Ya bayangin aja kalau 1 hari ngopi 1 sachet akan ada 365 sachet dalam 1 tahun. Sedangkan sampah plastik kita sama-sama tau sulit diurai dan menyakiti bumi.

Untuk itulah saya mulai membeli kopi sendiri dan membawa wadah serta tas jinjing sendiri. Jangan udah beli kopi non-sachet tapi masih pakai plastik untuk mengemasnya atau membawanya. Jangan pula ngopi di starbucks tapi masih pakai cup plastik dan sedotan plastik, podo wae sami mawon.

Goalnya adalah untuk bener-bener tidak memproduksi sampah plastik dari proses beli sampai selesai diminum :)

Selamat Ngopi

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet