Jangan Meletakan Kebahagiaan Kita Pada Sesuatu Yang Mudah Rusak
Kemarin saya mengajak keponakan saya jalan-jalan sebagai hadiah kecil karena dia baru saja menerima rapot dan mendapat rangking 5 di sekolahnya. Sebelumnya dia rangking 3, entah mungkin karena pandemi dan kegiatan belajar mengajar “di-remote-kan” dari rumah, jadi mungkin dia masih belum bisa beradaptasi dengan baik sehingga terjadi penuruan rangking. Walau saya gak terlalu peduli sih sama rangking kelas, mau rangking 1 atau rangking paling terakhir saya akan tetap ajak dia jalan-jalan sebagai reward untuk usahanya :)
Oh iya, ini jalan-jalan pertama saya dan istri dan keponakan setelah hampir 3 bulan mengisolasi mandiri keluarga #dirumahaja. Saya memutuskan “ok fine, kita jalan-jalan” toh udah #newnormal, yang penting tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19. Saya juga memilih tempat wisata yang tidak terlalu ramai pengunjungnya.
Tapi tulisan ini bukan tentang jalan-jalan. Ada 1 hal yang mengusik saya dari perjalanan yang saya lakukan kemarin. Ketika menuju tempat wisata, saya melewati sebuah pemakaman yg subhanallah makam-makan tersebut begitu mewah dan besar. Di atas makam-makam tersebut dibangun bangunan seperti “rumah”, mulai dari yang bentuknya kecil sampai yang ukurannya lebih besar dari kamar kosan saya semasa kuliah. Batu-batu nisannya pun terbuat dari batu yang mengkilat, dihias dan diukir dengan sangat indah. Pemakaman tersebut berada di tengah sawah yang pemandangannya sangat asri dan bagus.
Sampai tempat wisata dan selama perjalanan pulang, dan sampai detik ini saya masih terus memikirkan pemakaman “mewah” yang saya lihat kemarin. Ada perasaan “aneh” yang mengusik saya.
Lalu saya jadi banyak merenung malam harinya. Sekaya apapun kita, seterkenal apapun kita, setinggi apapun jabatan dan pengaruh kita di dunia, ketika kematian datang menjemput, kita akan dipaksa untuk meninggalkan semua keduniawian tersebut. Kita akan dipaksa untuk tidak akan bisa lagi menikmati hasil kerja keras kita selama di dunia. Kita akan dipaksa masuk kedalam tanah dan dikubur di dalamnya. Orang-orang yang mengenal kita, yang sayang sama kita, yang cinta sama kita, seiring berjalannya waktu mereka akan perlahan melupakan kita, seperti di pemakaman mewah yang saya lihat kemarin, walau makam itu mewah, tapi tidak sedikit di antara makam-makam tersebut yang sudah terbengkalai dan dikelilingi sama rumput-rumput ilalang yang tinggi, belum lagi ada orang-orang yang membuang sampah di sekitar area pemakamam. Yap, orang yang paling mencintai kita, relasi bisnis kita atau siapapun yang mengenal atau peduli dengan kita sudah tidak sempat lagi untuk men-ziarahi kuburan kita di tengah kesibukan mereka masing-masing. Atau mereka pun sudah dijemput oleh kematian juga, dan begitu seterusnya.
Lalu yang jadi pertanyaan adalah apa manfaat dari segala macam hal keduniawian yang sudah kita cari atau perjuangkan selama hidup? Apa manfaat seluruh harta kita? Apa manfaat bisnis kita? Apa manfaat ilmu kita? Apa manfaat harta warisan yang kita tinggalkan? dan apa manfaat hal keduniawian lainnya?
Apakah semua itu hanya akan berhenti begitu saja ketika kita masuk ke dalam kubur? Bukankah kita ingin merasakan hasil kerja keras kita selama di dunia? Bukankah kita ingin merasakan kebahagiaan dari kebermanfaatan dari semua usaha yang kita lakukan selama hidup di dunia. Atau jangan-jangan selama ini kita hanya terlalu sibuk “mencari dan mengumpulkan”. Kita terlalu sibuk mencari harta, agar bisa merasakan bahagia. Kita terlalu sibuk mencari popularitas, agar bisa merasakan bahagia. Kita terlalu sibuk mencari jabatan, agar bisa merasakan bahagia. Kita terlalu sibuk bekerja, agar bisa merasakan bahagia. Kita terlalu sibuk bersosial media, agar bisa merasakan bahagia. Kita terlalu sibuk membentuk badan kita kita, agar kita bahagia. Kita terlalu sibuk mencari kebahagiaan pada hal-hal yang mudah rusak. Bukankah harta, jabatan, popularitas, hiburan dan lainnya itu mudah rusak? Bahkan diri kita ini, badan kita ini sangat mudah rusak. Bukankah badan ini hanya akan jadi seonggok daging dan tulang yang dimakan cacing di dalam kubur?
Maka ingatlah ini wahai diri yang mudah terlalaikan, semua hal keduniawian itu akan hilang “rasanya” setelah kita masuk ke dalam kubur. Kalau kita ingin menikmati harta setelah kematian itu datang, maka simpanlah harta itu di langit. Kalau kita ingin menikmati ilmu kita setelah kematian datang, maka wariskanlah ilmu itu di dunia agar orang-orang bisa terus memanfaatkannya. Kalau kita ingin tetap bersama orang yang kita cintai setelah kematian memisahkan, maka berusahalah agar kita bisa bertemu lagi dengannya di surga-Nya kelak. Kalau kita ingin bahagia, maka sandarkan kebahagiaan itu hanya kepada zat yang tidak akan pernah rusak, yaitu kepada Allah subhana wa ta’ala.