Jangan Terbiasa Hidup Nyaman

Ery Prihananto
2 min readJun 3, 2021

--

Photo by Vika Strawberrika on Unsplash

Bismillah

Sekarang semua harus serba efektif dan efisien. Ya itu sudah fitrah manusia. Ketika dihadapkan antara 2 pilihan, manusia akan memilih opsi yang paling mudah, cepat, murah (murah ini tergantung isi dompet masing-masing,hehe). Misal seseorang ingin pergi dari Medan ke Jogja menggunakan pesawat. Pesawat A tiba di jogja dalam waktu 4 jam. Sedangkan pesawat B tiba di jogja dalam waktu 2 jam. Itu gak usah pakai pikir panjang orang pasti pilih yang 2 jam, kan lumayan 2 jam sisanya bisa untuk santai, istirahat atau langsung dipakai untuk jalan-jalan di Jogja.

Nah ketika kita perhatikan, semua elemen hidup kita mulai dibuat seefektif dan seefisien mungkin. Gak perlu saya jelaskan lah ya contohnya.

Dengan segalanya yang serba instan, cepat, sekejap. Kita tanpa sadar masuk ke sebuah zona nyaman yang kalau tidak dikelola dengan baik bisa jadi zona yang berbahaya.

Saya analogikan seperti ini, orang itu kalau udah nyobain kopi “enak” (menurut saya kopi enak ya yang ada di coffee shop, yang harganya berkali lipat kalau dibanding kopi sachet di warung sebelah, hehe) itu biasanya agak susah move on dan gak akan mau ngopi kemasan lagi.

Analogi kedua. Misal kita orang lumayan lah ekonominya, yang kalau buka traveluka itu gak pilih maskapai yang paling atas, tapi scroll terus ke bawah :D. Nah kita selalu terbang pakai maskapai “Pancasila”, hehe.. Udah saking nyamannya sama pelayanan maskapai tersebut, pesawatnya bersih, gak pernah delay, sampenya juga lebih cepet, itu kalau disuruh naik maskapai “Singapore” auto reject! Mending gw bayar lebih mahal tapi lebih nyaman.

Sama seperti tukang ngopi di atas, dia akan lebih milih spend uang lebih banyak ketimbang ngopi artificial dari kopi kemasan :D

It’s okay, bisa naik pesawat “pancasila” atau ngopi di coffee shop itu salah 1 nikmat yang Allah berikan ke kita. Tapiiiii.. Jangan terlalu nyaman dengan nikmat itu. Sekali-kali cobalah naik pesawat “Singapore” atau ngopi kemasan. Biar gak keasikan ada di atas komidi putar. Karena hidup itu kaya komidi putar, mustahil kita mau di posisi atas terus, kita harus mengikuti “Game Kehidupan” dan dimana kita ya harus turun ke bawah. Bahkan sekalipun anda yang punya komidi putar itu anda pasti ingin komidi itu terus berputar. Kalau diem aja tandanya komidi putarnya rusak :D

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet