Logo HALAL INDONESIA dari sudut pandang mata dan hati seorang desainer logo
Sebelum mulai, kita batasi pembahasan kita. Di sini saya hanya akan membahas logo ini dari segi teknis desainnya saja sesuai dengan ilmu dan kapasitas yang saya miliki.
Terkait logo itu yang berbentuk gunungan wayang, kalau kata netizen “Java Centris”, politik dan agenda-agenda dibalik logo tersebut serta hal non teknis atau hal “ghoib” lainnya tidak akan saya bahas, karena saya bukan ahlinya, saya tidak tertarik karena tidak tau “brief” di balik logo yang sekarang, karena saya tidak mau menduga-duga dan terbawa perasaan dan saya gak mau terjerat UU ITE :D
Saya hanya akan membahas dari segi desain. TITIK.
Langsung aja, hal pertama yang terlintas di benak saya ketika melihat logo itu dalam waktu 0.13 detik adalah
“KAGAK KEBACA BOS TULISAN HALALNYA”
“KENAPE JADI ADA GUNUNGAN WAYANG?”
“APE HUBUNGANNYA WAYANG SAMA HALAL BOS???”
“HALAH!”
“HERE WE GO”
“ITU LOGO KALAU DIPRINT DI PERMEN KOPIKO GAK BAKAL KELIATAN BOS!”
—
Saya itu punya prinsip kalau desain logo itu gak ada yang bagus dan gak ada yang jelek. Yang ada logo yang tepat dan logo kurang tepat.
Sekarang coba logo HALAL yang baru itu, kalau ngikutin tren ya keren-keren aja. Simpel, minimalis, modern, unik. Tapi apakah tepat? Nanti dulu
Permasalahan dari logo ini ada 2 kalau dari sudut pandang mata saya. Yang paling fatal adalah tulisan arab HALAL nya yang gak kebaca. Saya serahkan ini kepada kaligrafer yang lebih berkompeten untuk menjelaskan. Tapi logo yang ini asli gak kebaca bos. Itu karena ada tulisan HALAL aja di bawahnya jadi orang paham, coba logonya dibuat stand alone, cuma iconnya aja. Wagu aka ambigu. Kalau saya jadi Pak Bos, saya akan minta si logo desainer fokuskan ke tulisan arab HALAL yang simpel tapi mudah dibaca, bahkan untuk yang cuma “khatam iqro 1”. Kagak usah bawa agenda benci arab atau apapun itulah, HALAL itu ya asalnya dari bahasa arab, ya kudu ditulis arab, gak usah membawa masalah yang tidak perlu dipermasalahkan.
Dan please hiring desainer yang memang paham kaligrafi. Karena tidak semua desainer bisa nulis kaligrafi arab. Serahkan kepada ahlinya.
Dan kalau tulisan HALAL arabnya udah beres, lanjut ke problem kedua. Tidak dipungkiri kalau pasti ada orang islam yang gak bisa baca tulisan arab. Untuk menghindari kesalahpahaman, jadi logo itu harus ada tulisan HALAL dalam tulisan latin. Jadi HALAL ARAB + HALAL tulisan latin/Indonesia. Done
Nah permasalahan fatal selanjutnya adalah WHY WHY pakai bentuk wayang atau gunungan wayang? Ini kalau dilihat dari sudut pandang desainer, kemungkinan pak Bos minta logonya ada unsur Indonesia-Indonesianya atau ada unsur Nusantaranya. Nah sayangnya kalau simbol yang dipilih untuk merepresentasikan Indonesia atau Nusantara pakai gunungan wayang, menurut saya ya kurang tepat. Orang di luar jawa termasuk yang di luar negeri belum tentu kenal wayang, Wayang itu terlalu too too too spesifik.
Kalau mau logonya ada unsur Indonesia-Indonesianya, ya mending pakai representasi yang lebih general atau umum yang dikenali sama seluruh masyarakat Indonesia tanpa memandang perbedaan budaya.
Sulit kalau harus ada bentuk spesifik yang bener-bener merepresentasikan Indonesia, karena Indonesia sendiri beragam banget. Katanya suka keberagaman? Katanya menjunjung tinggi keberagaman? Ya logonya harus merepresentasikan itu dong, bukan spesifik di satu suku saja.
Alternatif dari wayang, mending coba pakai unsur warna merah putih. Klise memang, tapi menurut saya lebih works.
Lalu dari unsur warna, okay warna ungu yang digunakan identik dengan spiritual dalam filosofi warna. Tapi yakin pakai warna ungu? Kenapa warna ungu yang dipilih? Saya gak tau.
Merah putih: Indonesia
Hijau: representasi MUI sebagai pihak pemegang kewenangan menerbitkan sertifikat Halal
Panah hijau, penunjuk, pengarah, mana yang boleh mana yang gak, mana yang “lampu merah” mana yang “lampu hijau”
Bentuk kotak: Yang Halal itu jelas, yang Haram itu jelas. Kaku, no compromise
Arab halal dari logo sebelumnya
—
Redesain logo itu gak harus brutal berubah secara total, bener-bener beda dari logo sebelumnya. Logo Halal yang lama memang terlalu rumit, padahal media tempat logo itu dicetak kebanyakan berukuran kecil. Jadi ketimbang meredesain total, hilangkan atau kurangi elemen yang bisa dikurangi, pertahankan esensi, inovasi di ruang yang bisa diperbaiki. Wallahu’alam
Apabila ada kesalahan, koreksi, kritik, saran silahkan disampaikan di kolom komentar. Barakallahu fiikum