Menghakimi orang yang bahkan tidak kita kenal

Ery Prihananto
2 min readApr 10, 2021

--

Photo by Joshua Rawson-Harris on Unsplash

Bismillah

Dulu, dulu sekali sebelum ada timeline yang memperlihatkan kehidupan orang banyak yang bahkan gak kita kenal, sebagian kita (sebagian, tidak semua) hanya “menilai” atau “menghakimi” orang-orang terdekat kita. Urutannya mulai dari yang terdekat, keluarga-tetangga-teman sekolah/rekan kerja-yang paling jauh dan paling tidak dikenal paling artis yang kita lihat di televisi.

Namun sejak negara media sosial menyerang, kini sebagian kita (lagi-lagi sebagian, tidak semua, belum tentu anda, bisa jadi anda, bisa jadi saya juga) menjadi sangat mudah menilai dan menghakimi orang lain sekedar dari update-an-nya di facebook/instagram/tiktok/youtube. Bahkan kita bener-bener gak kenal sama para influencer tersebut.

Influencer itu sebenernya orang asing nan jauh di sana. Cuma terasa dekat karena dia ada dan tayang di smartphone kita.

Gak ada yang salah dengan influencer. Selama hal baik yang dia sebarkan, ini sebuah hal yang patut diapresiasi. Tapi kalau influencer yang cuma bikin hal nyeleneh biar viral sih jangan sampai ketularan virusnya ya.

Yang lebih parah adalah kita dipaksa menghakimi orang yang gak kita kenal secara paksa lewat salah satunya instagram. Namanya komputer, namanya robot, namanya algoritma, terkadang kita di-suggest sama hal-hal dan orang-orang yang gak mau kita follow.

Kenapa sih kita begitu mudah men-judge orang lain? Karena hati kita lemah. True, hati kita lemah. Di media sosial yang serba “sempurna”, kalau kita gak bisa menjaga hati, maka media sosial menjadi tempat yang paling sempurna untuk membuat kita merasa menjadi orang paling “not cool”, “not rich”, “not famous” dan not-not lainnya.

Karena hati kita lemah. Kita semua, tidak sebagian dari kita.

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet