Renungan Kepala 3

Ery Prihananto
3 min readJan 16, 2021

--

Bismillah

Anak 1991, insya Allah tahun ini akan memasuke fase kehidupan yaitu berkepala 3 atau berusia tiga puluh tahunan. Kalau lah, misalkan, seandainya, usia kita 60 tahun, ini berarti kita sudah menggunakan setengah dari jatah usia kita untuk hidup di dunia ini.

Ibarat dalam sebuah perjalanan di padang pasir, kita sudah menghabiskan setengah kapasitas bensin di mobil kita.

Usia 30 ini harus direnungkan baik-baik. Lalu saya pun merenung baik-baik,hehe.. Kalau ada 1 pertanyaan yang akan saya tanyakan ke diri saya di usia 30, teman-teman jg bisa menanyakan pertanyaan ini ke diri sendiri. Pertanyaan itu adalah:

“Sudah bahagia belum?”

Pertanyaan ini muncul tahun lalu (2020). Seperti kita tahu, 2020 adalah tahun yang penuh lika-liku, tahun yang akan tercatat dalam rangkaian sejarah peradaban manusia. Karena tahun 2020 hampir sebagian besar dari kita memiliki “waktu luang”, saya pun banyak merenung di tahun 2020, sampai dari sekian banyak perenungan, saya kerucutkan semua perenungan, pertanyaan tentang hidup dll menjadi pertanyaan sederhana di atas, “Sudah bahagia belum?”

Saya membuat sebuah list tentang apa sih yang sebenernya manusia cari di kehidupan ini? Beberapa list hasil perenungan saya manusia itu dalam hidup mencari:

  • Sandang, pangan, papan (kebutuhan dasar manusia)
  • Bagi laki-laki mencari istri atau istri-istri yg soleha
  • Bagi perempuan mencari suami yg soleh
  • Ada yang mencari keturunan
  • Ada pula yang mencari jabatan
  • Lalu di era internet, tidak sedikit yang mencari popularitas
  • Ada yang mencari solusi dari permasalahan yang ada di dunia
  • Ada yang mencari passionnya
  • Ada yang mencari rahasia alam (seperti ilmuan dll)
  • Ada yang mencari ilmu
  • dll

Banyak deh. Namun dari sekian banyak hal yang dicari dalam hidup manusia saya menyimpulkan kalau semuanya mencari 1 hal yang sama, yaitu kebahagiaan. Cuma caranya aja yang beda-beda.

Saya tau ada seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk merescue binatang jalanan yang terlantar. Di rumahnya / shelternya sampai ada ribuan binatang jalanan. Mungkin di mata kita hal itu terlihat “tidak membahagiakan”, tapi bagi orang itu mungkin dia menemukan kebahagiaan tiada ternilai dari kegiatan merescue binatang.

Lalu ada para dokter dan tenaga medis, yang 2020 ini terasa mungkin rasanya seperti lembur sepanjang tahun. Mereka bekerja dan merawat para korban covid-19 tiada henti, bahkan nyawa mereka pun menjadi taruhannya. Tapi mereka tetap melakukan itu. Itu kalau mereka gak merasa bahagia, walaupun kondisinya serba sulit, mereka pasti gak akan mau melakukan hal tersebut. Saya yakin di hati para dokter dan tenaga medis lainnya, selalu ada percikan-percikan kebahagiaan ketika bisa bertugas mengobati dan merawat para pasiennya.

Pun begitupun dengan anda. Yang baca tulisan ini pasti punya beragam pekerjaan, beragam passion dan hobi, berbagai cara pandang. Namun semua itu bermuara ke 1 hal saja, yaitu kebahagiaan.

So, mulai sekarang setiap hari cobalah tanyakan ke diri sendiri “aku sudah bahagia belum hari ini?”. Kalau jawabannya sudah, alhamdulillah, semoga ini kita tanda kita sudah di “jalan yang benar”. Namun kalau jawabannya belum atau gak tau, cobalah merenung sejenak. Karena perjalanan kita masih sangat jauh. Apalah arti hidup kalau tidak bahagia? :)

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet