Review Total Belanja Di Bukalapak Dari 2015–2020

Ery Prihananto
4 min readMay 9, 2020

--

Bismillah. Pagi ini tiba-tiba saya terpikir tentang sebuah ide atau fitur yang harusnya disediakan oleh para marketplace online, yaitu “Limit Belanja” (Saya kurang tau apakah fitur ini sudah ada yang membuat atau belum sebelumnya) Jadi fitur ini kira-kira akan bekerja seperti ini: kita bisa mengatur limit belanja, misal dalam 1 bulan kita hanya boleh belanja sebesar Rp.1.000.000, nah kalau misal pertengahan bulan kita sudah melebihi limit tersebut, aplikasi atau web akan menampilkan notifikasi “ALERT! ALERT! KAMU SUDAH MELEBIHI LIMIT BELANJAMU BULAN INI! BERHENTI SEKARANG JUGA ATAU KAMU AKAN MISKIN SEUMUR HIDUP!” hehe… lebaynya kaya gitu. Lalu sistem akan mematikan fitur belanja sampai bulan depan :D

Tujuan dari fitur ini adalah untuk mengurangi pola hidup konsumtif di era yang serba mudah ini. Era 1 klik! barang dari seluruh penjuru dunia sampai di depan pintu kita (PAKETTTTT…)Namun kayanya fitur ini agak kontradiktif atau berseberangan dengan tujuan dari marketplace itu sendiri yang menginginkan order sebanyak-banyaknya, terlebih kalau dilihat dari sisi seller. Tapi menurut saya kalau fitur ini ada, pasti bisa sangat membantu buyer agar tidak terlalu boros dalam belanja.

Saya coba cek akun Bukalapak saya yang sudah ada dari 2015. Lalu saya tertarik untuk mengetahui kira-kira selama kurang lebih 5 tahun menggunakan Bukalapak saya sudah belanja berapa banyak ya? *Tolong jangan disalahartikan tulisan ini untuk pamer atau hal negativ lainnya. Tujuan saya menulis ini untuk mengingatkan atau menyadarkan kita, terutama saya sendiri, bahwa kadang kita suka tidak sadar kalau kita memiliki kebiasaan buruk seperti konsumtif, tidak bisa menahan diri untuk belanja, belanja sesuatu yang gak penting, belanja karena lagi nge-trend dan lainnya :)

Back to Bukalapak. Sebenernya BL sudah menyediakan fitur “Unduh Transaksi”, namun sayangnya hanya terbatas 1 bulan saja, tidak bisa tahunan, hehe. Akhirnya saya input manual barang-barang apa saja sih yang sudah saya beli selama 5 tahun menggunakan BL. Nah teman-teman bisa lihat di tabel ini

Subhanallah, saya sangat kaget ketika mentotal jumlah belanja selama 5 tahun saya sudah spent Rp 68.649.916 😱. Kalau dari 5 tahun yang lalu saya sabar, harusnya saya sudah mewujudkan mimpi-mimpi saya 😭. Mungkin ini kali ya penyebab orang-orang dulu, simbah-simbah kita kaya-kaya, bisa punya rumah tanpa kredit RIBA dan bisa berangkat Haji. Mereka lebih bisa menahan diri untuk tidak belanja ketimbang kita generasi milenial ini 😭

Kalau dari buku yang saya baca berjudul Atomic Habit penyebab kebiasaan buruk itu karena kebiasaan buruk kita “tidak terlihat”

Penyebab kita tidak bisa mengerem nafsu belanja kita adalah karena belanjaan kita “tidak keliatan”

Apa maksud dari “tidak keliatan” di situ? Maksudnya adalah kita tidak melihat jumlah total atau uang yang kita belanjakan. “Ah ini harganya cuma 50 ribu kok” “Ih ini lagi ada diskon ni, beli ah” dll. Habit buruk tersebut ketika menumpuk selama tahunan maka terjadilah apa yang terjadi (seperti foto tabel belanja di atas) Dengan membuatnya “terlihat” yaitu sudah belanja sebesar 68 juta, maka saya jadi tau ke mana uang saya minggat dari rekening saya. Dan yes, saya sangat-sangat kaget dan “gelo” melihat angka tersebut dan sangat menyesal kenapa saya tidak bisa manahan diri. Terlebih ketika saya mengkategorikan barang apa saja yang saya beli, sebagian besar uang yang saya keluarkan adalah untuk Hobi yang kalau mau dipikir-pikir ulang kurang ada faedahnya sama sekali, hehe. Seperti yang teman-teman lihat, saya pernah kecanduan Hot Wheels, itu belum yang main lelang di luar BL, hehe. Lalu saya pernah kecanduan upgrade sepeda Roadbike padahal saya sepedaan cuma keliling dekat-dekat rumah aja. Lalu pernah gila motor, pas jaman-jamannya hobi ngustom cafe racer. Dan THE BIG SPEND saya adalah electronic. Gonta-ganti laptop, smartphone dan gadget lainnya 😭

Pagi ini saya jadi tersadar dan melihat habit buruk yang selama 5 tahun ini “tidak terlihat” oleh mata dan hati saya. Cara yang dijelaskan di buku Atomic Habit ini saya rasa sangat manjur dan aplikatif. Kalau teman-teman belum pernah baca buku tersebut sangat saya rekomendasikan.

So what’s next? Selanjutnya adalah kita harus tetap men-tracking uang yang kita keluarkan. Apakah pengeluaran tersebut memang perlu atau hanya sekedar nafsu sesaat belaka. Kalau kita mau beli sesuatu, coba tahan diri selama 1 minggu. Setelah 1 minggu berlalu coba tanyakan ke diri sendiri “apakah saya memang butuh barang itu? Toh seminggu tanpa barang yang saya inginkan itu saya fine-fine aja kok” Tapi kalau memang butuh ya beli gakpapa. Di sini kita bukan meniadakan agar tidak belanja sama sekali, tidak. Tapi kita ingin benar-benar bisa membedakan mana yang benar-benar butuh dan mana yang sekedar keinginan. Dan ketika mau belanja sesuatu coba pikirkan lagi sebarapa susah dan beratnya kita untuk mencari uang tersebut. Apakah iya kita rela sudah susah-susah cari uang ngalor ngidul lalu dalam sekejab uang itu raib kita belanjakan menjadi benda-benda yang tidak membawa manfaat apa-apa ke kita?

Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum

#SelfReminder

Tips: Cobalah untuk men-tracking uang yang masuk dan keluar agar lebih “terlihat” sehingga kita semua bisa mengambil sikap yang tepat dan semakin dekat untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita :)

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

Responses (1)