Sudah tidak berharga lagi
Di bawah usia 30 tahun, saya sangat terpesona dan terkagum-kagum sama “shiny things”, mobil mewah, moge and other “Boys Toys” yang mahal-mahal, padahal gak mampu beli :D
Mainan cowo yang serba mahal ini sedep bener dipandangin, keliatan elegan sekaligus keker/macho. Bukan dari segi simbol status, misal kalau orang punya mobil Rolls Royce itu pasti orang sukses dan terpandang, tapi lebih ke appreciate desain dari luxury boys toys itu (maap ya campur-campur bahasanya)
Tapi setelah melewati usia 30 tahun, terlebih setelah pandemi, “shiny things” saya bergeser ke tempat lain. Ketika melihat mobil Ferrari atau motor Kawasaki ZX10RR, masih ada perasaan sedep ketika melihatnya, tapi sekarang cenderung biasa aja. Gak kaya dulu yang menggebu-gebu sampai mengkhayal “kapannnn ya bisa punya”
Sekarang ketika melihat boys toys yang kece dan mahal, saya akan menikmatinya sejenak, abis itu yaudah, gak ada perasaan pengen punya atau harus punya. Kalau dia bisa punya masa gw nggak, udah gak ada lagi perasaan kaya gitu, alhamdulillah
“Shiny things” saya sekarang lebih ke kesehatan, punya waktu lebih untuk keluarga, tidak harus mengejar ABC..Z, tidak punya hutang, bisa ada waktu lebih banyak untuk olahraga, terutama sepedaan, bisa baca banyak artikel bagus sambil nyeruput kopi susu dan hal-hal sederhana lainnya yang lebih ke non-materialistis
Ketika lihat mobil lamborghini dan “shiny things” lainnya, justru yang langsung terlintas di benak adalah “sayang bener, barang mewah dan mahal kaya gitu gak bisa masuk ke dalam kuburan kita kelak”
Kalau saya punya uang 10 milyar, kalau saya beliin mobil lamborgini, pas saya mati nanti mobil itu akan tetap di dunia. Yang saya pikirkan adalah bagaimana membawa 10 milyar itu ke alam selanjutnya?