Traditional Life — Intro

Ery Prihananto
2 min readJan 14, 2020

--

Photo by Henry & Co. on Unsplash

Bismillah.

Kita hidup di era yang serba modern dan serba digital. Semuanya serba “sempurna” dan cepat. Yang namanya cepat pasti melelahkan. Kaya lari deh, semakin cepat kita lari, semakin cepat pula kita kelelahan dan kehabisan energi. Kalau bahasa anak milenial kita itu jaman now mudah “burn out” di segala macam hal, entah itu pekerjaan, kreativitas, kehidupan, kesehatan dll.

Saya pun belakangan sedang memikirkan solusi dari masalah ini. Tidak dipungkiri, hidup di era internet, informasi dan sosial media seperti ini rasanya sangat melelahkan. Terlalu banyak informasi yang kita konsumsi, mata kita terlalu banyak melihat, kita terlalu banyak tau, terlalu banyak hal yang kita masukan ke otak kita, yang kadang sebenernya gak perlu bahkan hanya memperberat kinerja otak kita.

Saya sering iri melihat orang-orang jadul atau mbah-mbah kita yang hidupnya selo-selo banget, mereka gak terlalu sibuk sama hpnya, mereka gak pernah takut kehilangan informasi, mereka gak mikirin hutang, mereka gak takut kehilangan promo 12–12, toh mereka bahagia-bahagia juga. Intinya kan kita generasi muda sama generasi tua sama-sama nyari bahagia.

Lalu saya mencoba mengamati apa sih yang membuat orang-orang dulu itu hidupnya asik banget. Jawabannya adalah karena mereka hidup secara tradisional.

“Kalau gitu kita harus hidup tanpa smartphone dong? Tanpa HP? Tanpa internet dan gadget terkini? Tanpa social media?

Maka jawabannya tidak. Smartphone, internet, social media dan teknologi lainnya tidak akan pernah bisa kita lepaskan dalam hidup ini, dan tidak perlu juga kita tinggalkan total sebenarnya. Karena teknologi ini sebenernya sebuah nikmat yang manfaatnya banyak banget. Cuma terkadang kita belum benar saja dalam menggunakannya.

Kita akan mencoba untuk menyeimbangkan modern life dengan traditional life :)

**Tulisan ini insya Allah akan dipublish 1 bulan sekali dengan 1 traditional lifesytle**

--

--

Ery Prihananto
Ery Prihananto

Written by Ery Prihananto

✍🏽 Nulis biar gak menuh-menuhin isi kepala

No responses yet